Saturday, 30 November 2024

ASAL USUL: Batu Tempat Salat Kiai Abdul Qohhar di Bayat, Klaten

Kondisi sekitar tahun 2014 Batu Tempat Salat Kiai Abdul Qohhar di Bayat,

Kisah asal usul kali ini berkaitan dengan tiga batu besar yang diyakini sebagai tempat salat seorang penyebar agama Islam di Bayat, Klaten. Di belakang rumah Darmo Suwignyo, warga Dukuh Ngruweng, Desa Wiro, Bayat, terdapat tiga batu besar yang berdempetan. Batu-batu tersebut memiliki permukaan rata dan halus, berukuran sekitar 1,5 meter x 50 sentimeter. Tak jauh dari lokasi batu, terdapat kolam air yang meski tidak terlalu jernih, tetap terisi hingga kini.

Masyarakat setempat percaya bahwa batu dan kolam tersebut adalah peninggalan Kiai Abdul Qohhar, seorang tokoh penyebar Islam di desa itu. Batu tersebut digunakan oleh Kiai Abdul Qohhar dan dua sahabatnya untuk salat ketika pertama kali datang ke desa tersebut. Kolam yang berjarak sekitar lima meter dari batu itu dipakai sebagai tempat berwudu.

“Satu batu di tengah digunakan oleh Mbah Kiai Abdul Qohhar, sementara dua batu lainnya untuk sahabat beliau yang menjadi makmum. Setelah jumlah pengikutnya semakin banyak, lokasi salat kemudian dipindahkan ke masjid,” cerita Darmo, salah satu keturunan Kiai Abdul Qohhar, saat ditemui di rumahnya.

Darmo menjelaskan bahwa Kiai Abdul Qohhar masih memiliki garis keturunan dengan Sunan Pandanaran, salah satu tokoh penyebar Islam di masa Kesultanan Demak yang dimakamkan di Gunung Jabalakat, Kecamatan Bayat.

Foto menunjukkan tiga batu dan Sendang kering yang digunakan Kiai Abdul Qohhar, tokoh penyebar ajaran Islam untuk salat. (2020).

Lokasi tiga batu dan Sendang jika dari Rowo Jombor ke ke timur (ngetan) mlumpat gunung pegat terus ke timur sampai jalan Bayat-trucuk ambil Kiri. Kira-kira  2-3km dari situ, tulis Teddy Putra.

Di Desa Wiro dan sekitarnya, nama Kiai Abdul Qohhar sangat dihormati. Bersama para pengikutnya, beliau membangun dua masjid di Bayat sebagai bagian dari dakwah Islam. Kiai Abdul Qohhar juga pernah diangkat menjadi abdi dalem Keraton Solo oleh Paku Buwono XI, di mana ia dipercaya sebagai salah satu kiai keraton.

Soal kapan Kiai Abdul Qohhar wafat, Darmo tidak mengetahui secara pasti. Namun, makam beliau beserta keluarga dan kerabatnya kini berada di kompleks Masjid Al Qohhar, Dukuh Ngruweng, Desa Wiro, yang hingga sekarang masih terawat dengan baik.

“Banyak orang datang untuk ziarah. Ada pula yang penasaran dengan batu yang dulu digunakan untuk salat,” ungkap Darmo. 

Info via Solopos.com, Aku Wong Klaten (FB), Mey Rosyid (FB)

Nama Jabalakat juga digunakan sebagai satu nama Komunitas relawan di Klaten, Relawan jabalakat dengan media Komunikasi Repeater Jabalakat Bayat

0 comments:

Post a Comment